News

Menuju Masyarakat Nontunai: Efektivitas Kartu Elektronik untuk Pembayaran Tol

Mengambil berita dari KOMPAS,

Menciptakan ekosistem dengan baik merupakan tantangan mewujudkan masyarakat nontunai. Hal itu perlu ditopang dengan edukasi finansial kepada masyarakat, infrastruktur penopang transaksi nontunai, model bisnis, dan menghapus monopoli penyelenggara nontunai. Masalah tersebut mengemuka dalam diskusi Kompas bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI) dan didukung oleh Bank Mandiri bertema ”Menuju Masyarakat Nontunai: Efektivitas Penggunaan Kartu Elektronik untuk Pembayaran Tol”, Selasa (20/6), di Museum Bank Indonesia, Jakarta. Deputi Gubernur BI Sugeng menjadi pembicara kunci dalam acara itu. Hadir sebagai pembicara adalah Direktur Program Elektronifikasi dan Inklusi Keuangan BI Pungky Purnomo Wibowo, Direktur Blue Bird Adrianto Djokosoetono, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol Herry Trisaputra Zuna, Ketua Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia Anggoro Eko Cahyo, dan Vice President Transaction Banking Bank Mandiri Thomas Wahyudi. Pungky mengatakan, tantangan utama mewujudkan masyarakat nontunai adalah membuka dan menciptakan ekosistem transaksi nontunai. Dalam pemanfaatan penggunaan kartu elektronik untuk pembayaran tol, tantangannya adalah mengintegrasikan sistem pembayaran bank-bank penyelenggara pembayaran. BI telah mendorong pembentukan konsorsium perusahaan yang menangani sistem transaksi pembayaran tol elektronik (ETC) yang melibatkan operator jalan tol, perbankan, dan perusahaan integrator. Konsorsium ETC akan menyediakan alat pembaca uang elektronik dan sistemnya, melakukan sinkronisasi data operator jalan tol dengan bank, serta mengatur pembagian pendapatan antaroperator jalan tol. ”Tantangan selanjutnya adalah edukasi kepada masyarakat agar beralih dari tunai ke nontunai. Penerapan pembayaran tol nontunai pada Oktober tahun ini perlu ditopang oleh edukasi itu. Penyediaan kartu elektronik di ruas-ruas tol juga diperlukan sebagai antisipasi masyarakat pengguna tol yang terlewat dari sosialisasi,” katanya. Herry mengemukakan, penyediaan infrastruktur relatif mudah. Yang paling berat adalah penerapan satu sistem pembayaran dan sosialisasi atau edukasi terhadap masyarakat. Selama ini uang elektronik masih dipandang sebagai bisnis, bukan pelayanan. Maka tidak mengherankan jika masih ada monopoli dan zonasi bank-bank penyelenggara pembayaran elektronik di setiap ruas tol. ”Dari sisi pengguna, baru 26 dari total pengguna 35 ruas jalan tol yang sudah menggunakan kartu elektronik. Pada saat diterapkan Oktober nanti, terjadi peningkatan 60 persen saja itu sudah capaian tersendiri,” ujarnya.

Harry berharap agar sosialisasi terus digencarkan berbagai pihak terkait. Ketersediaan kartu elektronik juga perlu diperbanyak, termasuk juga titik-titik pengisian ulang kartu tersebut. Dari sisi penyedia jasa transportasi umum, terutama taksi, masih ada kendala dalam penyediaan kartu elektronik. Adrianto menyatakan, dari seluruh armada taksi Blue Bird, hanya 25 persen yang sudah menggunakan kartu elektronik untuk pembayaran tol. Dari sisi eksternal, antara rekening bank dan pengisian kartu elektronik tidak otomatis tersambung sehingga pengguna harus melakukan isi ulang. Adapun dari sisi internal, Blue Bird kesulitan menyediakan dana yang tersimpan dalam kartu elektronik bagi para sopir. Anggoro mengatakan, bankbank penyelenggara pembayaran itu akan terus diintegrasikan dalam satu sistem pembayaran. Ke depan, kartu tersebut akan dikembangkan juga untuk mengakses jasa lain, seperti restoran, SPBU, toko atau minimarket, dan vending machine. Sementara Thomas menyatakan, sebanyak 9,5 juta kartu elektronik akan disiapkan untuk mendukung program pembayaran tol nontunai. Ke depan, isi ulang interbank juga akan dikembangkan, termasuk memperbanyak tempat isi ulang kartu elektronik. Sugeng berharap transaksi nontunai dapat menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berdasarkan hasil survei di sejumlah negara, peningkatan transaksi elektronik sebesar 10 persen berdampak pada peningkatan pembelanjaan konsumen 0,5 persen. ”Indonesia merupakan negara yang perekonomiannya bertumpu pada konsumsi masyarakat. Kontribusi nontunai terhadap konsumsi masyarakat akan meningkatkan pertumbuhan perekonomian,” ujarnya.